Jumat, 07 Juni 2013

SKO Pembangunan Lingkungan Hidup


STRATEGI KEBIJAKAN OPERASIONAL (SKO)
PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP

Topik Kajian : KOMITMEN DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN PERTAMBANGAN EMAS: Studi Kasus pada Kawasan Reklamasi Wilayah Pengendapan Tailing PT. Freeport Indonesia
Oleh                    :  Syaiful Eddy (NIM 20123602005), Prodi S3 Ilmu Lingkungan
Mata Kuliah       :  Kebijakan Pengelolaan Lingkungan        


PERTANYAAN DAN JAWABAN:
  1. SKO-Berbasis Kinerja Teknikal:
a.      Bagaimana strategi pengendalian tailing secara teknis?
Jawab:
PT-FI memanfaatkan sebuah daerah aliran sungai untuk mengalirkan tailing menuju daerah pengendapan di kawasan dataran rendah Ajkwa yang telah direkayasa dan dimodifikasi yang dinamakan Modified Ajkwa Deposition Area/Mod-ADA. Daerah pengendapan tersebut adalah bagian dari bantaran banjir sungai seluas ± 45.000 ha yang dibatasi oleh Tanggul Barat dan Timur, yang dikelola khusus untuk mengendapkan tailing. Area pengendapan tailing di Mod-ADA terbagi menjadi dua, yaitu terdiri dari 23.000 ha bagian daratan dan 22.000 ha bagian estuaria. Tanggul Barat dan Timur tersebut dibangun pada tahun 1994 dan selesai tahun 1997, dengan panjang lebih kurang 50 km dan lebar antara 2-8 km.

b.      Bagaimana kondisi area pengendapan tailing PT-FI?
Jawab:
PT-FI memiliki wilayah reklamasi di area pengendapan tailing yang disebut Tanggul ganda. Tanggul Ganda merupakan daerah pengendapan tailing yang sudah tidak aktif lagi dan berumur kurang dari 20 tahun yang berfungsi sebagai area suksesi alami dan reklamasi. Area suksesi alami memiliki kedalaman air tanah dangkal (< 50 cm) yang ditumbuhi vegetasi alami, terutama Phragmites karka. Sedangkan area reklamasi memiliki kedalaman air tanah dalam (≤ 100 cm) yang telah direklamasi dengan vegetasi pertanian dan kehutanan.

c.       Bagaimana strategi revegetasi kawasan yang sudah terdegradasi akibat aliran tailing?
Jawab:
Selama tahun 2006, telah dilakukan reklamasi di atas lahan seluas 50 ha di kawasan pengendapan tailing tanggul ganda PT-FI. Sekitar 15 ha ditanami dengan tanaman penutup kacang-kacangan di dalam lahan yang sudah ditanami dengan Casuarina sp., Pometia pinnata dan pohon kelapa. Pemantauan terhadap pertumbuhan pohon-pohon tersebut tetap menunjukkan kemajuan yang sangat baik. Guna mencegah erosi, ditanam rumput vetifer (Vetiver zizanoides) di sepanjang tepi Sungai Ajkwa di atas lahan seluas kurang lebih 18 ha. Di atas tambahan lahan seluas 2,5 ha, dilakukan hydroseeding di dalam daerah tanggul untuk keperluan pengendalian erosi. Sedangkan pohon Eucalyptus dan jenis tanaman asli lainnya ditanam di atas lahan tambahan seluas 5 ha. Wilayah Tanggul Ganda ini menjadi wilayah percontohan reklamasi dalam skala besar bagi PT-FI guna mengelola wilayah pengendapan tailing khususnya di dataran rendah. Keberhasilan melakukan penghijauan kembali wilayah yang terkena dampak tailing akan menjadi rujukan bagi manajemen PT-FI dalam mengelola kawasan pengendapan tailing di wilayah Mod-ADA.

d.      Apakah sudah dilakukan kajian terhadap keanekaragaman hayati yang ada di wilayah aliran tailing?
Jawab:
Sudah pernah dilakukan. PT-FI telah melakukan sejumlah besar kajian ekologi dan keanekaragaman hayati di dalam wilayah proyeknya dalam rangka memudahkan pengelolaan keanekaragaman hayati secara efektif. Kajian keanekaragaman hayati tersebut mencakup survei terhadap tumbuh-tumbuhan, tanaman obat, mamalia, burung, amfibi, reptilia, ikan, fauna tanah dan serangga air maupun darat. Sebagian besar hasil karya tersebut dapat langsung diterapkan dan tersedia bagi peneliti yang ditugaskan untuk mengembangkan rencana pengelolaan Taman Nasional Lorentz.
Saat ini wilayah Tanggul Ganda sudah banyak ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan, baik hasil reklamasi maupun suksesi alami. Eddy (2009) berhasil mengidentifikasi spesies di wilayah ini untuk tingkat pohon sebanyak 30 spesies tergolong ke dalam 16 familia, tingkat tiang sebanyak 38 spesies tergolong ke dalam 15 familia, tingkat pancang sebanyak 51 spesies tergolong ke dalam 19 familia serta tingkat semai dan tumbuhan bawah sebanyak 120 spesies tergolong ke dalam 49 familia. Sementara itu Kilmaskossu (2002) memperoleh sebanyak 264 spesies sedangkan Sinaga dan Puradyatmika (2006) memperoleh sebanyak 508 spesies tumbuhan dalam penelitiannya di Tanggul Ganda.
Sejumlah daratan baru yang terbentuk dari sedimen di Mod-ADA telah dikolonisasi oleh pohon-pohon bakau. Pada lahan kolonisasi bakau tersebut telah diidentifikasi tujuh spesies tanaman bakau, 40 spesies kepiting dan udang, dan beberapa spesies siput, kerang, ikan, dan cacing laut Polychaetes. Guna mempercepat proses suksesi primer pada lahan tersebut, PT-FI telah memprakarsai sebuah program kolonisasi untuk mempercepat tanaman bakau. Selama 2005-2006 telah ditanam hampir 140.000 pohon bakau. (PT-FI, 2006b).

e.      Bagaimana strategi pemulihan kembali aliran Sungai Ajkwa yang telah tercemar tailing?
Jawab:
Dengan cara membangun Tanggul Ganda, sehingga Sungai Ajkwa tidak lagi dialiri tailing. Disamping itu dilakukan normalisasi sungai serta penanaman vegetasi di bantaran sungai.

f.        Akibat apa saja yang ditimbulkan oleh pembuangan tailing? Bagaimana mengantisipasinya?
Jawab:
Akibat pembuangan tailing dan pembangunan tanggul di dataran rendah Mod-ADA PT-FI, telah menyisahkan dampak seperti pencemaran tembaga; padatan tersuspensi tinggi (air keruh);  pembekapan tanaman; tingkat racun tailing dan dampak terhadap perairan; logam berat pada tanaman, satwa liar dan dampak terhadap kesehatan masyarakat; perusakan habitat muara; gangguan ekologi; dampak pada Taman Nasional Lorentz; regenerasi di daerah tumpukan tailing; serta fragmentasi habitat. Untuk itu PT-FI telah mengambil kebijakan membangun wilayah percontohan untuk pengelolaan kawasan pengendapan tailing pasca tambang di dataran rendah dalam skala besar yang berada di wilayah tanggul ganda.

  1. SKO-Berbasis Kinerja Kelembagaan:
a.      Apakah sudah ada kebijakan pengelolaan lingkungan kawasan pembuangan tailing? Jika ada, bagaimanakah implementasinya?
Jawab:
Sudah ada. Sebagaimana perusahan tambang lainnya, PT-FI juga telah banyak memberikan dampak terhadap ekosistem alami dan kehidupan sosial masyarakat. Melalui Kebijakan Lingkungan, PT-FI berusaha mempertahankan komitmen untuk menyelenggarakan pengelolaan dan praktek-praktek lingkungan yang benar dengan menyediakan sumber daya yang memadai, serta senantiasa meningkatkan kinerja di bidang lingkungan.
Pada kajian AMDAL untuk lingkungan sosial yang telah disetujui Pemerintah dan diselesaikan pada tahun 1997, disepakati bahwa opsi pengelolaan tailing yang telah disetujui, perlu dikaji lebih lanjut secara mendetil. Untuk itu dibentuk Komite Pengkajian Tailing (Tailings Review Committee) terdiri dari anggota tim Dewan Pengkajian Penilaian Resiko Lingkungan (Environmental Risk Assessment Review Panel Team), Dewan Penasihat Bidang Lingkungan PT-FI, dan manajemen PT-FI untuk mengkaji permasalahan ini. Setelah itu Komite Pengkajian Tailing melakukan sejumlah kajian rinci, termasuk melakukan analisis data penginderaan jarak jauh, melakukan evaluasi terhadap opsi pemipaan, kajian berbagai pertimbangan geoteknik, dampak banjir dan hidrogeologi maupun analisis serangkaian risiko. Kesimpulan yang diperoleh bahwa sistem pengelolaan tailing yang diterapkan saat ini, yaitu mengalirkan tailing menuju daerah pengendapan Mod-ADA, merupakan opsi yang terbaik dari semua opsi yang ada untuk kondisi iklim dan topografi yang unik dari wilayah kerja PT-FI.

b.      Apakah ada penghargaan yang diperoleh atau audit independen yang telah dilakukan dalam upaya pengelolaan lingkungan?
Jawab:
Ada. Sistem Pengelolaan Lingkungan (SKL) PT-FI sampai saat ini telah mendapatkan sertifikasi ISO 14000. Pada tahun 2005, PT-FI meminta agar dijalankan audit independen terhadap SKL-nya oleh sebuah perusahaan internasional, Montgomery Watson-Harza, serta audit independen yang dilakukan International Center for Corporate Accountability (ICCA) terhadap program sosial dan HAM. Hasil dari audit tersebut telah disampaikan kepada publik, dan memberi masukan yang sangat berharga serta sejumlah besar rekomendasi bagi PT-FI.

  1. SKO-Berbasis Kinerja Sosio-Antropologis:
a.      Apakah ada alokasi pendanaan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat?
Jawab:
Ada. PT-FI telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi Indonesia. Investasi sejumlah hampir 4,8 miliar dolar AS untuk membangun prasarana perusahaan di Papua yang juga dapat dimanfaatkan masyarakat. Investasi sebesar lebih dari 425 juta dolar AS dalam bentuk prasarana sosial yang memberi manfaat langsung bagi masyarakat setempat.

Jumat, 17 Mei 2013

Tugas Membuat EM4 (Mata Kuliah Kebijakan Pengelolaan Lingkungan)




EM4-greenNATURE

Limbah organik berupa sisa tumbuh-tumbuhan sering dibuang begitu saja ke lingkungan dan menambah beban pencemaran. EM4-greenNATURE menawarkan solusi untuk memanfaatkan limbah tersebut menjadi produk bermanfaat. EM4-greenNATURE terbuat dari sampah-sampah organik yang tidak terpakai, yaitu kulit papaya, kulit pisang, kulit nanas, kacang panjang, kangkung, batang pisang, gula pasir dan air nira.

Produk yang ramah lingkungan ini bermanfaat untuk berbagai macam keperluan, seperti: memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah; meningkatkan produksi tanaman;
menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman; mengurangi bau pada kandang ternak; meningkatkan nafsu makan ternak; menekan penyakit pada ternak; memperbaiki mutu air tambak; menekan serangan mikroorganisme patogen pada ternak; meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tambak; menekan hama dan penyakit pada tanaman dan ternak; serta berfungsi sebagai pestisida organik.

 
Cara penyimpanan:
Simpan pada suhu kamar.

Cara menggunakan:
Campurkan 3 – 10ml EM4-greenNATURE dengan satu liter air. Gunakan sesuai kebutuhan.

Peringatan !
Tidak untuk dimakan.
Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Netto: 400ml
 
Produced by: Syaiful Eddy greenNATURE




                                 Gambar 1. EM4 yang sudah siap disaring untuk kemudian dikemas.



                         Gambar 2. Produk EM4-greenNATURE yang sudah dikemas dan siap digunakan.

Jumat, 22 Maret 2013

MY ECOLOGICAL FOOTPRINT


Teori dan Aplikasi Jejak Ekologis pada Diri Saya

Oleh: Syaiful Eddy
NIM. 20123602005

A.     Pendahuluan
Kemampuan bumi dalam menyokong kehidupan manusia memiliki keterbatasan, karena lingkungan alam memiliki tingkat daya dukung (carrying capacity) tertentu. Apabila penggunaan sumber daya alam melebihi daya dukung lingkungan maka akan berdampak negatif terhadap manusia dan lingkungan alam itu sendiri. Dalam kehidupan modern saat ini, terutama di negara maju, kebutuhan manusia semakin meningkat sehingga sering kali memanfaatkan sumber daya alam secara berlebihan tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan. Semakin meningkat kebutuhan manusia, maka semakin besar jejak ekologis (ecological footprint) yang ditinggalkannya.
Jejak ekologis menggambarkan jumlah lahan yang dibutuhkan untuk mendukung kebiasaan konsumsi yang kita lakukan. Atau, dengan kata lain, berapa banyak dari sumber daya bumi yang kita gunakan untuk mendukung gaya hidup kita. Jejak ekologis ini menjadi penting untuk mengkoreksi diri sendiri bagi seluruh penduduk dunia, karena sumber daya alam semakin berkurang sementara pertambahan penduduk dunia semakin meningkat, sehingga kebutuhan hidup semakin sulit dipenuhi. Dengan menghitung jejak ekologis pada diri saya, maka saya dapat mengetahui seberapa besar kebutuhan (gaya) hidup saya telah berkontribusi terhadap kerusakan bumi. Dengan demikian, maka selayaknya saya melakukan langkah-langkah untuk menekan jejak ekologis yang saya tinggalkan untuk mengurangi kerusakan bumi.

B.     Pengertian Jejak Ekologis
Jejak ekologis adalah sistem yang mengukur seberapa banyak ruang (di darat dan air) yang diperlukan manusia untuk menghasilkan sumber daya yang mereka butuhkan dan menyerap limbah yang mereka hasilkan. Kalkulasi jejak ekologis dilakukan dengan menghitung berapa hektar ruang hidup (darat dan air) di bumi yang dibutuhkan oleh seorang manusia untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam setahun (WWF, 2012).
Ada kecenderungan penduduk dunia untuk meningkatkan jejak ekologis sebagai akibat dari emisi karbon dan permintaan bahan pangan yang tinggi, namun ketersediaan lahan semakin berkurang. Berdasarkan data tahun 2008 telah menunjukkan jejak ekologis yang ditinggalkan manusia melebihi kapasitas biologis bumi, dimana bumi hanya mampu memproduksi sumber daya terbarukan dan menyerap CO2 sebesar 50 persen dari yang dibutuhkan dunia (Gambar 1). Untuk itu bumi membutuhkan setidaknya 1,5 tahun untuk meregenerasi sumberdaya terbarukan yang dimanfaatkan manusia selama satu tahun, serta menyerap karbon yang dihasilkannya dalam jangka waktu yang sama. Apa yang terjadi ini dikenal juga dengan istilah keterlampauan ekologis (ecological overshoot) (WWF, 2012).
 
Gambar 1. Jejak ekologis dunia yang telah mengalami ecological overshoot (keterlampauan ekologis) terhitung sejak tahun 1970 sampai 2008 (Sumber: WWF, 2012).

Pemanfaatan sumber daya alam akan semakin besar sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dan perekonomian masyarakat. Menurut Ludvianto (2013), sebagai ilustasi apabila diumpamakan setiap rumah sederhana dengan ukuran 40 m2, membutuhkan 2 m3 kayu, dan 1 hektar hutan bisa menghasilkan rata-rata 25 m3 kayu (yang berarti 1 m3 kayu dihasilkan oleh lahan seluas 400 m2), maka berarti setiap perluasan rumah sebesar 20 m2 (karena misalnya si pemilik rumah sudah semakin bagus kondisi ekonominya), dibutuhkan tambahan 400 m2 lahan hutan untuk mendukungnya. Apabila kondisi ekonomi si pemilik rumah semakin meningkat, dan rumahnya semakin diperbesar, maka konsumsi kayu akan naik, dan konsumsi lahan hutannya juga akan naik secara nyata (setiap kenaikan 20 m2 luas rumah, lahan yang harus ditebang kayunya akan bertambah dengan 400 m2).
Menurut Nirmala (2012), analisis jejak ekologi dilakukan dengan membandingkan gaya hidup dan konsumsi manusia terhadap sumber daya yang dibebankan pada kemampuan daya dukung alam (biocapacity) untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Beberapa pertanyaan berikut ini bisa digunakan untuk berefleksi sejenak tentang seberapa besar beban yang sudah kita tanggungkan kepada bumi:
1.      Seberapa banyak Anda makan daging atau ikan, apakah lebih dari sekali sehari, atau kurang dari sekali dalam seminggu?
2.      Seberapa sering Anda membeli produk-produk organik, baikdaging, sayur, dan juga produk susu?
3.      Seberapa sering Anda membeli daging, sayur, dan produk susu yang diproduksi lokal?
4.      Kendaraan apa yang Anda miliki, yang sering digunakan untuk bepergian, mobil atau motor?
5.      Berapa jam Anda menggunakan motor atau mobil sendiri?
6.      Seberapa sering Anda menggunakan kereta, bis, dan alat transportasi umum lainnya?
7.      Berapa jam yang Anda gunakan dalam setahun ini untuk perjalanan lewat udara?
8.      Berapa banyak orang yang tinggal di rumah Anda?
9.      Bagaimana cara Anda menyejukkan rumah?
10.  Apakah Anda mematikan lampu dan alat-alat listrik lainnya saat tidak digunakan, atau hanya mengubah dalam posisi standby?
11.  Apa perlengkapan rumah yang membutuhkan tenaga listrik yang Anda beli dalam 12 bulan terakhir ini?
12.  Berapa rupiah yang Anda bayar untuk air, baik untuk mandi, menyiram tanaman, dan sebagainya?
13.  Sampah macam apa yang Anda daur ulang?

Menurut data WWF (2012), terdapat sepuluh negara yang paling boros atau mempunyai jejak ekologis terbesar per orang dalam menggunakan sumber daya buminya, yaitu Qatar, Kuwait, Uni Emirat Arab, Denmark, Amerika Serikat, Belgia, Australia, Kanada, Belanda dan Irlandia. Sebagai ilustrasi, jika seluruh penduduk dunia memiliki gaya hidup seperti penduduk Qatar maka dibutuhkan sebanyak 4,3 kali luasan bumi untuk memenuhinya. Sementara itu, jika penduduk dunia memiliki gaya hidup seperti penduduk Indonesia maka hanya dibutuhkan 0,6 bagian bumi untuk memenuhinya.

C.     Jejak Ekologis pada Diri Saya
Berdasarkan hasil isian kuesioner yang saya ikuti dalam website myfootprint.org, diperoleh hasil bahwa jika seluruh penduduk dunia memiliki gaya hidup seperti saya maka hanya dibutuhkan 0,59 bagian bumi untuk memenuhinya (data terlampir). Hasil ini sejalan dengan survey WWF (2012), dimana untuk penduduk Indonesia memiliki kisaran sekitar 0,6 luasan bumi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dunia jika seluruhnya memiliki gaya hidup seperti penduduk Indonesia.
Jika dikaji dari empat komponen jejak ekologis yang terdiri dari jejak karbon (carbon footprint), jejak makanan (food footprint), jejak perumahan (housing footprint) serta jejak barang dan pelayanan (goods and sevices footprint), maka diperoleh nilai yang beragam (Gambar 2). Untuk jejak makanan dan perumahan didapat hasil yang sama dengan nilai rata-rata penduduk Indonesia yaitu berturut-turut sebesar 3,8 dan 1,0 ha. Namun untuk jejak karbon didapat hasil sebesar 3,1 ha yang melampaui nilai rata-rata penduduk Indonesia yaitu 2,6 ha. Sementara itu jejak makanan dan pelayanan didapat hasil sebesar 1,3 ha yang masih berada di bawah rata-rata penduduk Indonesia yaitu 1,7 ha. Jika dikaji dari besarnya jejak penggunaan lahan untuk pertanian (cropland footprint), padang rumput (pastureland footprint), perikanan laut (marine fisheries footprint) dan hutan (forestland footprint), berturut-turut adalah 14%, 23%, 33% dan 31% (Gambar 2).
Gambar 2. Jejak ekologis diri saya (Syaiful Eddy) berdasarkan hasil isian kuesioner di laman myfootprint.org pada tanggal 16 maret 2013.

 
D.     Usaha-usaha Menekan Jejak Ekologis Saya
Rekomendasi yang saya peroleh dari hasil pengisian kuesioner jejak ekologis dalam mengurangi/menekan jejak ekologis saya adalah sebagai berikut:
1.      Mengurangi jejak karbon, dapat dilakukan dengan cara:
a.       Menggunakan transportasi yang bersih, misalnya melalui: berjalan kaki, bersepeda atau menggunakan angkutan umum; mematikan mesin kendaraan jika menunggu lebih dari 30 detik; mengganti transportasi pesawat dengan bus atau kereta api jika jarak tempu dekat.
b.      Menambahkan perlengkapan untuk simpanan energi di rumah, misalnya melalui: menggunakan lampu fluorescent yang rendah merkuri; memilih genteng rumah yang sesuai cuaca; membatasi penggunaan pemanas air; memilih energi yang efisien.
c.       Mengadopsi kebiasaan menyimpan energi, misalnya melalui: melepaskan kabel steker alat elektronik saat tidak digunakan; mengeringkan pakaian di terik matahari; memilih peralatan elektronik yang ramah lingkungan.
2.      Mengurangi jejak makanan, dapat dilakukan dengan cara misalnya: makan makanan lokal, organik dan musiman; membeli bahan makanan dari petani lokal atau pasar tradisional; pilih makanan yang memiliki sedikit kemasan untuk mengurangi sampah.
3.      Mengurangi jejak perumahan, dapat dilakukan dengan cara:
a.       Memilih material bangunan, perlengkapan dan produk pembersih yang berkelanjutan, misalnya dengan cara: membangun rumah dengan konsep green design (melengkapi rumah dengan alat daur ulang air dan sampah serta adanya area tangkapan air hujan); memilih peralatan yang efisien energi; gunakan produk yang bersifat biodegradable dan non-toksik.
b.      Mengadopsi kebiasaan menyimpan air, misalnya dengan cara: gunakan mesin pencuci piring dan pakaian pada saat banyak cucian; cuci kendaraan ditempat pencucian yang efisien menggunakan air.
4.      Mengurangi jejak barang dan pelayanan, dapat dilakukan dengan cara misalnya: beli produk yang memang benar-benar dibutuhkan; daur ulang seluruh bahan seperti kertas, kaca, aluminium dan plastik; buat pupuk kompos dari sisa makanan; beli produk-produk yang dapat didaur ulang.

E.     Penutup
Jejak ekologis merupakan sistem yang mengukur seberapa banyak ruang (di darat dan air) yang diperlukan manusia untuk menghasilkan sumber daya yang mereka butuhkan dan menyerap limbah yang mereka hasilkan. Kalkulasi jejak ekologis dilakukan dengan menghitung berapa hektar ruang hidup (darat dan air) di bumi yang dibutuhkan oleh seorang manusia untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam setahun. Setiap orang selayaknya mengetahui jejak ekologisnya masing-masing dan berusaha untuk mengurangi jejak tersebut guna menjaga bumi agar tetap berkelanjutan.
Jika dikaji dari empat komponen jejak ekologis yang saya miliki maka untuk jejak makanan dan perumahan didapat hasil yang sama dengan nilai rata-rata penduduk Indonesia yaitu berturut-turut sebesar 3,8 dan 1,0 ha. Namun untuk jejak karbon didapat hasil sebesar 3,1 ha yang melampaui nilai rata-rata penduduk Indonesia yaitu 2,6 ha. Sementara itu jejak makanan dan pelayanan didapat hasil sebesar 1,3 ha yang masih berada di bawah rata-rata penduduk Indonesia yaitu 1,7 ha.
Rekomendasi yang saya peroleh yaitu mengurangi jejak karbon, dengan cara: menggunakan transportasi yang bersih, menambahkan perlengkapan untuk simpanan energi di rumah dan mengadopsi kebiasaan menyimpan energi; mengurangi jejak makanan, dapat dilakukan dengan cara misalnya: makan makanan lokal, organik dan musiman, membeli bahan makanan dari petani lokal atau pasar tradisional, pilih makanan yang memiliki sedikit kemasan untuk mengurangi sampah; mengurangi jejak perumahan, dengan cara: memilih material bangunan, perlengkapan dan produk pembersih yang berkelanjutan dan mengadopsi kebiasaan menyimpan air; mengurangi jejak barang dan pelayanan, dapat dilakukan dengan cara misalnya: membeli produk yang memang benar-benar dibutuhkan; mendaur ulang seluruh bahan seperti kertas, kaca, aluminium dan plastik; membuat pupuk kompos dari sisa makanan; membeli produk-produk yang dapat didaur ulang.


Daftar Pustaka
Ecological Footprint. 2013. What It Measures: Ecological Footprint Quiz by Center for Sustainable Economy. (online version), (diakses 16 Maret 2012).

Ludvianto, B. 2013. Kejarlah daku, kau yang ditangkap: Mencoba mengurai ancaman terhadap keanekaragaman hayati dengan konsep “Tapak Ekologi”. (online version), (diakses 16 Maret 2012).

Nirmala. 2012. Bagaimana Mengukur Jejak Ekologi. (online version), (diakses 16 Maret 2012).

WWF. 2012. Living Planet Report 2012. (online version), (diakses 16 Maret 2012).