Jumat, 22 Maret 2013

MY ECOLOGICAL FOOTPRINT


Teori dan Aplikasi Jejak Ekologis pada Diri Saya

Oleh: Syaiful Eddy
NIM. 20123602005

A.     Pendahuluan
Kemampuan bumi dalam menyokong kehidupan manusia memiliki keterbatasan, karena lingkungan alam memiliki tingkat daya dukung (carrying capacity) tertentu. Apabila penggunaan sumber daya alam melebihi daya dukung lingkungan maka akan berdampak negatif terhadap manusia dan lingkungan alam itu sendiri. Dalam kehidupan modern saat ini, terutama di negara maju, kebutuhan manusia semakin meningkat sehingga sering kali memanfaatkan sumber daya alam secara berlebihan tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan. Semakin meningkat kebutuhan manusia, maka semakin besar jejak ekologis (ecological footprint) yang ditinggalkannya.
Jejak ekologis menggambarkan jumlah lahan yang dibutuhkan untuk mendukung kebiasaan konsumsi yang kita lakukan. Atau, dengan kata lain, berapa banyak dari sumber daya bumi yang kita gunakan untuk mendukung gaya hidup kita. Jejak ekologis ini menjadi penting untuk mengkoreksi diri sendiri bagi seluruh penduduk dunia, karena sumber daya alam semakin berkurang sementara pertambahan penduduk dunia semakin meningkat, sehingga kebutuhan hidup semakin sulit dipenuhi. Dengan menghitung jejak ekologis pada diri saya, maka saya dapat mengetahui seberapa besar kebutuhan (gaya) hidup saya telah berkontribusi terhadap kerusakan bumi. Dengan demikian, maka selayaknya saya melakukan langkah-langkah untuk menekan jejak ekologis yang saya tinggalkan untuk mengurangi kerusakan bumi.

B.     Pengertian Jejak Ekologis
Jejak ekologis adalah sistem yang mengukur seberapa banyak ruang (di darat dan air) yang diperlukan manusia untuk menghasilkan sumber daya yang mereka butuhkan dan menyerap limbah yang mereka hasilkan. Kalkulasi jejak ekologis dilakukan dengan menghitung berapa hektar ruang hidup (darat dan air) di bumi yang dibutuhkan oleh seorang manusia untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam setahun (WWF, 2012).
Ada kecenderungan penduduk dunia untuk meningkatkan jejak ekologis sebagai akibat dari emisi karbon dan permintaan bahan pangan yang tinggi, namun ketersediaan lahan semakin berkurang. Berdasarkan data tahun 2008 telah menunjukkan jejak ekologis yang ditinggalkan manusia melebihi kapasitas biologis bumi, dimana bumi hanya mampu memproduksi sumber daya terbarukan dan menyerap CO2 sebesar 50 persen dari yang dibutuhkan dunia (Gambar 1). Untuk itu bumi membutuhkan setidaknya 1,5 tahun untuk meregenerasi sumberdaya terbarukan yang dimanfaatkan manusia selama satu tahun, serta menyerap karbon yang dihasilkannya dalam jangka waktu yang sama. Apa yang terjadi ini dikenal juga dengan istilah keterlampauan ekologis (ecological overshoot) (WWF, 2012).
 
Gambar 1. Jejak ekologis dunia yang telah mengalami ecological overshoot (keterlampauan ekologis) terhitung sejak tahun 1970 sampai 2008 (Sumber: WWF, 2012).

Pemanfaatan sumber daya alam akan semakin besar sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dan perekonomian masyarakat. Menurut Ludvianto (2013), sebagai ilustasi apabila diumpamakan setiap rumah sederhana dengan ukuran 40 m2, membutuhkan 2 m3 kayu, dan 1 hektar hutan bisa menghasilkan rata-rata 25 m3 kayu (yang berarti 1 m3 kayu dihasilkan oleh lahan seluas 400 m2), maka berarti setiap perluasan rumah sebesar 20 m2 (karena misalnya si pemilik rumah sudah semakin bagus kondisi ekonominya), dibutuhkan tambahan 400 m2 lahan hutan untuk mendukungnya. Apabila kondisi ekonomi si pemilik rumah semakin meningkat, dan rumahnya semakin diperbesar, maka konsumsi kayu akan naik, dan konsumsi lahan hutannya juga akan naik secara nyata (setiap kenaikan 20 m2 luas rumah, lahan yang harus ditebang kayunya akan bertambah dengan 400 m2).
Menurut Nirmala (2012), analisis jejak ekologi dilakukan dengan membandingkan gaya hidup dan konsumsi manusia terhadap sumber daya yang dibebankan pada kemampuan daya dukung alam (biocapacity) untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Beberapa pertanyaan berikut ini bisa digunakan untuk berefleksi sejenak tentang seberapa besar beban yang sudah kita tanggungkan kepada bumi:
1.      Seberapa banyak Anda makan daging atau ikan, apakah lebih dari sekali sehari, atau kurang dari sekali dalam seminggu?
2.      Seberapa sering Anda membeli produk-produk organik, baikdaging, sayur, dan juga produk susu?
3.      Seberapa sering Anda membeli daging, sayur, dan produk susu yang diproduksi lokal?
4.      Kendaraan apa yang Anda miliki, yang sering digunakan untuk bepergian, mobil atau motor?
5.      Berapa jam Anda menggunakan motor atau mobil sendiri?
6.      Seberapa sering Anda menggunakan kereta, bis, dan alat transportasi umum lainnya?
7.      Berapa jam yang Anda gunakan dalam setahun ini untuk perjalanan lewat udara?
8.      Berapa banyak orang yang tinggal di rumah Anda?
9.      Bagaimana cara Anda menyejukkan rumah?
10.  Apakah Anda mematikan lampu dan alat-alat listrik lainnya saat tidak digunakan, atau hanya mengubah dalam posisi standby?
11.  Apa perlengkapan rumah yang membutuhkan tenaga listrik yang Anda beli dalam 12 bulan terakhir ini?
12.  Berapa rupiah yang Anda bayar untuk air, baik untuk mandi, menyiram tanaman, dan sebagainya?
13.  Sampah macam apa yang Anda daur ulang?

Menurut data WWF (2012), terdapat sepuluh negara yang paling boros atau mempunyai jejak ekologis terbesar per orang dalam menggunakan sumber daya buminya, yaitu Qatar, Kuwait, Uni Emirat Arab, Denmark, Amerika Serikat, Belgia, Australia, Kanada, Belanda dan Irlandia. Sebagai ilustrasi, jika seluruh penduduk dunia memiliki gaya hidup seperti penduduk Qatar maka dibutuhkan sebanyak 4,3 kali luasan bumi untuk memenuhinya. Sementara itu, jika penduduk dunia memiliki gaya hidup seperti penduduk Indonesia maka hanya dibutuhkan 0,6 bagian bumi untuk memenuhinya.

C.     Jejak Ekologis pada Diri Saya
Berdasarkan hasil isian kuesioner yang saya ikuti dalam website myfootprint.org, diperoleh hasil bahwa jika seluruh penduduk dunia memiliki gaya hidup seperti saya maka hanya dibutuhkan 0,59 bagian bumi untuk memenuhinya (data terlampir). Hasil ini sejalan dengan survey WWF (2012), dimana untuk penduduk Indonesia memiliki kisaran sekitar 0,6 luasan bumi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dunia jika seluruhnya memiliki gaya hidup seperti penduduk Indonesia.
Jika dikaji dari empat komponen jejak ekologis yang terdiri dari jejak karbon (carbon footprint), jejak makanan (food footprint), jejak perumahan (housing footprint) serta jejak barang dan pelayanan (goods and sevices footprint), maka diperoleh nilai yang beragam (Gambar 2). Untuk jejak makanan dan perumahan didapat hasil yang sama dengan nilai rata-rata penduduk Indonesia yaitu berturut-turut sebesar 3,8 dan 1,0 ha. Namun untuk jejak karbon didapat hasil sebesar 3,1 ha yang melampaui nilai rata-rata penduduk Indonesia yaitu 2,6 ha. Sementara itu jejak makanan dan pelayanan didapat hasil sebesar 1,3 ha yang masih berada di bawah rata-rata penduduk Indonesia yaitu 1,7 ha. Jika dikaji dari besarnya jejak penggunaan lahan untuk pertanian (cropland footprint), padang rumput (pastureland footprint), perikanan laut (marine fisheries footprint) dan hutan (forestland footprint), berturut-turut adalah 14%, 23%, 33% dan 31% (Gambar 2).
Gambar 2. Jejak ekologis diri saya (Syaiful Eddy) berdasarkan hasil isian kuesioner di laman myfootprint.org pada tanggal 16 maret 2013.

 
D.     Usaha-usaha Menekan Jejak Ekologis Saya
Rekomendasi yang saya peroleh dari hasil pengisian kuesioner jejak ekologis dalam mengurangi/menekan jejak ekologis saya adalah sebagai berikut:
1.      Mengurangi jejak karbon, dapat dilakukan dengan cara:
a.       Menggunakan transportasi yang bersih, misalnya melalui: berjalan kaki, bersepeda atau menggunakan angkutan umum; mematikan mesin kendaraan jika menunggu lebih dari 30 detik; mengganti transportasi pesawat dengan bus atau kereta api jika jarak tempu dekat.
b.      Menambahkan perlengkapan untuk simpanan energi di rumah, misalnya melalui: menggunakan lampu fluorescent yang rendah merkuri; memilih genteng rumah yang sesuai cuaca; membatasi penggunaan pemanas air; memilih energi yang efisien.
c.       Mengadopsi kebiasaan menyimpan energi, misalnya melalui: melepaskan kabel steker alat elektronik saat tidak digunakan; mengeringkan pakaian di terik matahari; memilih peralatan elektronik yang ramah lingkungan.
2.      Mengurangi jejak makanan, dapat dilakukan dengan cara misalnya: makan makanan lokal, organik dan musiman; membeli bahan makanan dari petani lokal atau pasar tradisional; pilih makanan yang memiliki sedikit kemasan untuk mengurangi sampah.
3.      Mengurangi jejak perumahan, dapat dilakukan dengan cara:
a.       Memilih material bangunan, perlengkapan dan produk pembersih yang berkelanjutan, misalnya dengan cara: membangun rumah dengan konsep green design (melengkapi rumah dengan alat daur ulang air dan sampah serta adanya area tangkapan air hujan); memilih peralatan yang efisien energi; gunakan produk yang bersifat biodegradable dan non-toksik.
b.      Mengadopsi kebiasaan menyimpan air, misalnya dengan cara: gunakan mesin pencuci piring dan pakaian pada saat banyak cucian; cuci kendaraan ditempat pencucian yang efisien menggunakan air.
4.      Mengurangi jejak barang dan pelayanan, dapat dilakukan dengan cara misalnya: beli produk yang memang benar-benar dibutuhkan; daur ulang seluruh bahan seperti kertas, kaca, aluminium dan plastik; buat pupuk kompos dari sisa makanan; beli produk-produk yang dapat didaur ulang.

E.     Penutup
Jejak ekologis merupakan sistem yang mengukur seberapa banyak ruang (di darat dan air) yang diperlukan manusia untuk menghasilkan sumber daya yang mereka butuhkan dan menyerap limbah yang mereka hasilkan. Kalkulasi jejak ekologis dilakukan dengan menghitung berapa hektar ruang hidup (darat dan air) di bumi yang dibutuhkan oleh seorang manusia untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam setahun. Setiap orang selayaknya mengetahui jejak ekologisnya masing-masing dan berusaha untuk mengurangi jejak tersebut guna menjaga bumi agar tetap berkelanjutan.
Jika dikaji dari empat komponen jejak ekologis yang saya miliki maka untuk jejak makanan dan perumahan didapat hasil yang sama dengan nilai rata-rata penduduk Indonesia yaitu berturut-turut sebesar 3,8 dan 1,0 ha. Namun untuk jejak karbon didapat hasil sebesar 3,1 ha yang melampaui nilai rata-rata penduduk Indonesia yaitu 2,6 ha. Sementara itu jejak makanan dan pelayanan didapat hasil sebesar 1,3 ha yang masih berada di bawah rata-rata penduduk Indonesia yaitu 1,7 ha.
Rekomendasi yang saya peroleh yaitu mengurangi jejak karbon, dengan cara: menggunakan transportasi yang bersih, menambahkan perlengkapan untuk simpanan energi di rumah dan mengadopsi kebiasaan menyimpan energi; mengurangi jejak makanan, dapat dilakukan dengan cara misalnya: makan makanan lokal, organik dan musiman, membeli bahan makanan dari petani lokal atau pasar tradisional, pilih makanan yang memiliki sedikit kemasan untuk mengurangi sampah; mengurangi jejak perumahan, dengan cara: memilih material bangunan, perlengkapan dan produk pembersih yang berkelanjutan dan mengadopsi kebiasaan menyimpan air; mengurangi jejak barang dan pelayanan, dapat dilakukan dengan cara misalnya: membeli produk yang memang benar-benar dibutuhkan; mendaur ulang seluruh bahan seperti kertas, kaca, aluminium dan plastik; membuat pupuk kompos dari sisa makanan; membeli produk-produk yang dapat didaur ulang.


Daftar Pustaka
Ecological Footprint. 2013. What It Measures: Ecological Footprint Quiz by Center for Sustainable Economy. (online version), (diakses 16 Maret 2012).

Ludvianto, B. 2013. Kejarlah daku, kau yang ditangkap: Mencoba mengurai ancaman terhadap keanekaragaman hayati dengan konsep “Tapak Ekologi”. (online version), (diakses 16 Maret 2012).

Nirmala. 2012. Bagaimana Mengukur Jejak Ekologi. (online version), (diakses 16 Maret 2012).

WWF. 2012. Living Planet Report 2012. (online version), (diakses 16 Maret 2012).