Teori dan Aplikasi Jejak Ekologis
pada Diri Saya
Oleh: Syaiful Eddy
NIM. 20123602005
A.
Pendahuluan
Kemampuan bumi dalam menyokong kehidupan manusia
memiliki keterbatasan, karena lingkungan alam memiliki tingkat daya dukung (carrying capacity)
tertentu. Apabila penggunaan sumber daya alam melebihi daya dukung lingkungan
maka akan berdampak negatif terhadap manusia dan lingkungan alam itu sendiri.
Dalam kehidupan modern saat ini, terutama di negara maju, kebutuhan manusia
semakin meningkat sehingga sering kali memanfaatkan sumber daya alam secara
berlebihan tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan. Semakin meningkat
kebutuhan manusia, maka semakin besar jejak ekologis (ecological footprint)
yang ditinggalkannya.
Jejak ekologis menggambarkan jumlah lahan yang dibutuhkan untuk mendukung
kebiasaan konsumsi yang kita lakukan. Atau, dengan kata lain, berapa banyak
dari sumber daya bumi yang kita gunakan untuk mendukung gaya
hidup kita. Jejak ekologis ini menjadi penting untuk mengkoreksi diri sendiri
bagi seluruh penduduk dunia, karena sumber daya alam semakin berkurang sementara
pertambahan penduduk dunia semakin meningkat, sehingga kebutuhan hidup semakin
sulit dipenuhi. Dengan menghitung jejak ekologis pada diri saya, maka saya
dapat mengetahui seberapa besar kebutuhan (gaya) hidup saya telah berkontribusi
terhadap kerusakan bumi. Dengan demikian, maka selayaknya saya melakukan
langkah-langkah untuk menekan jejak ekologis yang saya tinggalkan untuk
mengurangi kerusakan bumi.
B.
Pengertian Jejak Ekologis
Jejak ekologis adalah sistem yang mengukur
seberapa banyak ruang (di darat dan air) yang diperlukan manusia untuk
menghasilkan sumber daya yang mereka butuhkan dan menyerap limbah yang mereka
hasilkan. Kalkulasi jejak ekologis dilakukan dengan menghitung berapa hektar
ruang hidup (darat dan air) di bumi yang dibutuhkan oleh seorang manusia untuk
memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam setahun (WWF, 2012).
Ada kecenderungan penduduk dunia
untuk meningkatkan jejak ekologis sebagai akibat dari emisi karbon dan
permintaan bahan pangan yang tinggi, namun ketersediaan lahan semakin berkurang.
Berdasarkan data tahun 2008 telah menunjukkan jejak ekologis yang
ditinggalkan manusia melebihi kapasitas biologis bumi, dimana bumi hanya mampu memproduksi
sumber daya terbarukan dan menyerap CO2 sebesar 50 persen dari yang
dibutuhkan dunia (Gambar 1). Untuk itu bumi membutuhkan setidaknya 1,5 tahun
untuk meregenerasi sumberdaya terbarukan yang dimanfaatkan manusia selama satu
tahun, serta menyerap karbon yang dihasilkannya dalam jangka waktu yang sama. Apa
yang terjadi ini dikenal juga dengan istilah keterlampauan ekologis (ecological overshoot) (WWF, 2012).
Gambar 1.
Jejak ekologis dunia yang telah mengalami ecological
overshoot (keterlampauan ekologis) terhitung sejak tahun 1970 sampai 2008
(Sumber: WWF, 2012).
Pemanfaatan sumber daya alam akan semakin besar
sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dan perekonomian masyarakat. Menurut
Ludvianto (2013), sebagai ilustasi apabila diumpamakan setiap rumah sederhana
dengan ukuran 40 m2, membutuhkan 2 m3 kayu, dan 1 hektar
hutan bisa menghasilkan rata-rata 25 m3 kayu (yang berarti 1 m3
kayu dihasilkan oleh lahan seluas 400 m2), maka berarti setiap
perluasan rumah sebesar 20 m2 (karena misalnya si pemilik rumah
sudah semakin bagus kondisi ekonominya), dibutuhkan tambahan 400 m2
lahan hutan untuk mendukungnya. Apabila kondisi ekonomi si pemilik rumah
semakin meningkat, dan rumahnya semakin diperbesar, maka konsumsi kayu akan
naik, dan konsumsi lahan hutannya juga akan naik secara nyata (setiap kenaikan
20 m2 luas rumah, lahan yang harus ditebang kayunya akan bertambah dengan
400 m2).
Menurut Nirmala (2012), analisis jejak
ekologi dilakukan dengan membandingkan gaya hidup dan konsumsi
manusia terhadap sumber daya yang dibebankan pada kemampuan
daya dukung alam (biocapacity)
untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Beberapa pertanyaan berikut ini
bisa digunakan untuk berefleksi sejenak tentang seberapa besar beban
yang sudah kita tanggungkan kepada bumi:
1. Seberapa
banyak Anda makan daging atau ikan, apakah lebih dari sekali sehari,
atau kurang dari sekali dalam seminggu?
2. Seberapa
sering Anda membeli produk-produk organik, baikdaging, sayur, dan juga
produk susu?
3. Seberapa
sering Anda membeli daging, sayur, dan produk susu yang diproduksi
lokal?
4. Kendaraan
apa yang Anda miliki, yang sering digunakan untuk bepergian, mobil
atau motor?
5. Berapa
jam Anda menggunakan motor atau mobil sendiri?
6. Seberapa
sering Anda menggunakan kereta, bis, dan alat transportasi umum
lainnya?
7. Berapa
jam yang Anda gunakan dalam setahun ini untuk perjalanan lewat udara?
8. Berapa
banyak orang yang tinggal di rumah Anda?
9. Bagaimana
cara Anda menyejukkan rumah?
10. Apakah
Anda mematikan lampu dan alat-alat listrik lainnya saat tidak
digunakan, atau hanya mengubah dalam posisi standby?
11. Apa
perlengkapan rumah yang membutuhkan tenaga listrik yang Anda
beli dalam 12 bulan terakhir ini?
12. Berapa
rupiah yang Anda bayar untuk air, baik untuk
mandi, menyiram tanaman, dan sebagainya?
13. Sampah
macam apa yang Anda daur ulang?
Menurut data WWF (2012),
terdapat sepuluh negara yang paling boros atau mempunyai jejak ekologis terbesar
per orang dalam menggunakan sumber daya buminya, yaitu Qatar, Kuwait, Uni
Emirat Arab, Denmark, Amerika Serikat, Belgia, Australia, Kanada, Belanda dan
Irlandia. Sebagai ilustrasi, jika seluruh penduduk dunia memiliki gaya hidup
seperti penduduk Qatar maka dibutuhkan sebanyak 4,3 kali luasan bumi untuk
memenuhinya. Sementara itu, jika penduduk dunia memiliki gaya hidup seperti
penduduk Indonesia maka hanya dibutuhkan 0,6 bagian bumi untuk memenuhinya.
C.
Jejak Ekologis pada Diri Saya
Berdasarkan hasil isian
kuesioner yang saya ikuti dalam website myfootprint.org,
diperoleh hasil bahwa jika seluruh penduduk dunia memiliki gaya hidup
seperti saya maka hanya dibutuhkan 0,59 bagian bumi untuk memenuhinya (data
terlampir). Hasil ini sejalan dengan survey WWF (2012), dimana untuk penduduk
Indonesia memiliki kisaran sekitar 0,6 luasan bumi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dunia jika seluruhnya memiliki gaya hidup seperti penduduk
Indonesia.
Jika dikaji dari empat
komponen jejak ekologis yang terdiri dari jejak karbon (carbon footprint), jejak makanan (food footprint), jejak perumahan (housing footprint) serta jejak barang dan pelayanan (goods and sevices footprint), maka
diperoleh nilai yang beragam (Gambar 2). Untuk jejak makanan dan perumahan
didapat hasil yang sama dengan nilai rata-rata penduduk Indonesia yaitu
berturut-turut sebesar 3,8 dan 1,0 ha. Namun untuk jejak karbon didapat hasil
sebesar 3,1 ha yang melampaui nilai rata-rata penduduk Indonesia yaitu 2,6 ha.
Sementara itu jejak makanan dan pelayanan didapat hasil sebesar 1,3 ha yang
masih berada di bawah rata-rata penduduk Indonesia yaitu 1,7 ha. Jika dikaji
dari besarnya jejak penggunaan lahan untuk pertanian (cropland footprint), padang rumput (pastureland footprint), perikanan laut (marine fisheries footprint) dan hutan (forestland footprint), berturut-turut adalah 14%, 23%, 33% dan 31%
(Gambar 2).
Gambar 2.
Jejak ekologis diri saya (Syaiful Eddy) berdasarkan hasil isian kuesioner di
laman myfootprint.org pada tanggal 16
maret 2013.
D.
Usaha-usaha Menekan Jejak Ekologis Saya
Rekomendasi yang saya peroleh
dari hasil pengisian kuesioner jejak ekologis dalam mengurangi/menekan jejak
ekologis saya adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi jejak karbon, dapat dilakukan
dengan cara:
a. Menggunakan transportasi yang bersih,
misalnya melalui: berjalan kaki, bersepeda atau menggunakan angkutan umum;
mematikan mesin kendaraan jika menunggu lebih dari 30 detik; mengganti
transportasi pesawat dengan bus atau kereta api jika jarak tempu dekat.
b. Menambahkan perlengkapan untuk simpanan energi
di rumah, misalnya melalui: menggunakan lampu fluorescent yang rendah merkuri; memilih genteng rumah yang sesuai
cuaca; membatasi penggunaan pemanas air; memilih energi yang efisien.
c. Mengadopsi kebiasaan menyimpan energi,
misalnya melalui: melepaskan kabel steker alat elektronik saat tidak digunakan;
mengeringkan pakaian di terik matahari; memilih peralatan elektronik yang ramah
lingkungan.
2. Mengurangi jejak makanan, dapat dilakukan
dengan cara misalnya: makan makanan lokal, organik dan musiman; membeli bahan
makanan dari petani lokal atau pasar tradisional; pilih makanan yang memiliki
sedikit kemasan untuk mengurangi sampah.
3. Mengurangi jejak perumahan, dapat
dilakukan dengan cara:
a. Memilih material bangunan, perlengkapan
dan produk pembersih yang berkelanjutan, misalnya dengan cara: membangun rumah
dengan konsep green design (melengkapi
rumah dengan alat daur ulang air dan sampah serta adanya area tangkapan air
hujan); memilih peralatan yang efisien energi; gunakan produk yang bersifat biodegradable dan non-toksik.
b. Mengadopsi kebiasaan menyimpan air,
misalnya dengan cara: gunakan mesin pencuci piring dan pakaian pada saat banyak
cucian; cuci kendaraan ditempat pencucian yang efisien menggunakan air.
4. Mengurangi jejak barang dan pelayanan,
dapat dilakukan dengan cara misalnya: beli produk yang memang benar-benar
dibutuhkan; daur ulang seluruh bahan seperti kertas, kaca, aluminium dan
plastik; buat pupuk kompos dari sisa makanan; beli produk-produk yang dapat
didaur ulang.
E.
Penutup
Jejak ekologis merupakan
sistem yang mengukur seberapa banyak ruang (di darat dan air) yang diperlukan
manusia untuk menghasilkan sumber daya yang mereka butuhkan dan menyerap limbah
yang mereka hasilkan. Kalkulasi jejak ekologis dilakukan dengan menghitung
berapa hektar ruang hidup (darat dan air) di bumi yang dibutuhkan oleh seorang
manusia untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam setahun. Setiap orang
selayaknya mengetahui jejak ekologisnya masing-masing dan berusaha untuk
mengurangi jejak tersebut guna menjaga bumi agar tetap berkelanjutan.
Jika dikaji dari empat
komponen jejak ekologis yang saya miliki maka untuk jejak makanan dan perumahan
didapat hasil yang sama dengan nilai rata-rata penduduk Indonesia yaitu
berturut-turut sebesar 3,8 dan 1,0 ha. Namun untuk jejak karbon didapat hasil
sebesar 3,1 ha yang melampaui nilai rata-rata penduduk Indonesia yaitu 2,6 ha.
Sementara itu jejak makanan dan pelayanan didapat hasil sebesar 1,3 ha yang
masih berada di bawah rata-rata penduduk Indonesia yaitu 1,7 ha.
Rekomendasi yang saya peroleh yaitu
mengurangi jejak karbon, dengan cara:
menggunakan transportasi yang bersih, menambahkan perlengkapan untuk simpanan
energi di rumah dan mengadopsi kebiasaan menyimpan energi; mengurangi jejak makanan, dapat dilakukan dengan cara misalnya:
makan makanan lokal, organik dan musiman, membeli bahan makanan dari petani
lokal atau pasar tradisional, pilih makanan yang memiliki sedikit kemasan untuk
mengurangi sampah; mengurangi jejak
perumahan, dengan cara: memilih material bangunan, perlengkapan dan produk
pembersih yang berkelanjutan dan mengadopsi kebiasaan menyimpan air; mengurangi jejak barang dan pelayanan,
dapat dilakukan dengan cara misalnya: membeli produk yang memang benar-benar
dibutuhkan; mendaur ulang seluruh bahan seperti kertas, kaca, aluminium dan
plastik; membuat pupuk kompos dari sisa makanan; membeli produk-produk yang
dapat didaur ulang.
Daftar Pustaka
Ecological Footprint. 2013. What It Measures: Ecological Footprint Quiz
by Center for Sustainable Economy. (online
version), (diakses 16 Maret 2012).
Ludvianto, B. 2013. Kejarlah daku, kau yang
ditangkap: Mencoba mengurai ancaman terhadap keanekaragaman hayati dengan
konsep “Tapak Ekologi”. (online version), (diakses 16 Maret 2012).
Nirmala.
2012. Bagaimana Mengukur Jejak Ekologi. (online version), (diakses 16 Maret
2012).
WWF. 2012.
Living Planet Report 2012. (online
version), (diakses 16 Maret 2012).